Kamis, 23 Juli 2009

Pengantar Mengenal ‘Alam’ Teater

Materi Pengantar Mengenal ‘Alam’ Teater

Paling tidak, teater merupakan mimikri realitas maupun non realitas kehidupan maupun ide itu sendiri. Dan seharusnya, atau paling tidak lagi, teater adalah simbol dari pada simbol itu sendiri (the man is animal simbolicum), karena ada pendapat bahwa kehidupan adalah simbol atau teks, dan teks adalah gejala simbolisme, sedangkan ’hidup’ adalah tafsir. Artinya peristiwa itu adalah teater.
Jangan kaget, memang ada yang mengatakan bahwa teater hanya seni pertunjukan, tontonan panggung. Paradikma kan lain-lain. Kalau kita bicara tentang drama, ia memiliki beberapa bentuk;
1. tragedi (ending’e ngenes)
2. komedi (ngakak thok kaya nguwaske raine ucup, ncus, kenthir; api ”...” kucing. Mambu cah...
3. tragikomedi (gabungan)
4. melodrama (mawek terus)
5. farce (lebai, tapi memang itu gaya yang dipilih)
6. parodi (putar balik fakta nggo ngakak, biasane tokoh yang diambil sudah terkenal)
7. satir (saka Yunani; untuk mencemooh, mengejek dengan pembawaan getir)
8. musikal (full musik, dialog jg pake nyanyian)
9. Opera (kabeh pemaine nyanyi komplit orkestrane, tur suarane...wuih, paling ora kaya cah-cah paduan suara kae lo).

Beberapa kebenaran:
• Kebenaran subyektif
• Kebenaran obyektif
• Kebenaran sains
• Kebenaran seni
• Kebenaran filsafat
• Kebenaran religi/kepercayaan/agama
• Kebenaran hakiki
Dalam perkembangannya, nilai kebenaran diukur dari tiga (3) hal; faktual, ide, dan seni. Artinya, bahwa nilai-nilai kebenaran dunia bisa diukur dengan paradikma. Di dalam seni (karya) tidak ada pernyataan ”salah”, yang ada hanya mungguh dan tidak mungguh (menurut hukum etik – estetik setempat dimana kesenian itu dicipta).

Lembaga kebenaran:
1. Filsafat
2. Agama
3. Seni
4. Sains



Formula Dramaturgi:
Teater merupakan salah satu wujud kesenian. Dalam dramaturgi, terdapat empat (4) formula pembangunnya;
• Ide
• Karya
• Sajian (teks perform)
• Penonton
Setelah melampaui 4 anazir diatas, baru muncul apa yang disebut reaksi.
Salah satu tolok ukur seni adalah kemiripan, dan seni itu sendiri adalah atau paling tidak merupakan ”trik”.

Jenis Teks Tontonan:
1. Teks Klasik
2. Teks Borjuis
3. Teks Radikal
Yang perlu dimengerti adalah bahwa estetika adalah ciptaan Tuhan, dan seni merupakan mimikri atau tiruan dari estetika itu (karya manusia). Di dalam seni, paling tidak memiliki empat prinsip; (1) seni untuk seni, (2) seni untuk masyarakat, (3) seni untuk agama, dan (4) seni untuk politik.

Macam Penyutradaraan:
• Absolut
• Relatif
• Bebas
Seorang tokoh Prancis, yaitu si Klee mengatakan bahwa teater merupakan kenyataan yang masih belum dipahami manusia masa kini, dan teater memiliki tugas memukul bahasa agar menyentuh hidup.
Teater tradisi di Jawa Tengah, Solo – Jogja khususnya (kethoprak nda!!!), memiliki ciri khusus pada awal perkembangannya, yaitu bersifat natural. Akhirnya, gelem ra gelem, mau tidak mau performennya menjadi sebuah kursus action utawa akting. Bener ta tulisanku bahasa Inggris kuwi? Kesel aku nulis bahasa indonesia, ra kulina nda...

Komponen Pementasan
Akeh banget komponen pembangun pementasan (utamane kethoprak), tak sebutke kaya ing ngisor iki;
• Pemain (tokoh dan pengiring)
• Penonton
• Teks critane
• Akting
• Lighting
• Sutradara
• Managemen


Pemain
 Btw tentang pemain, pemain kuwi kudu menguasai kosakata apawae lan nguasai frame critane. Biasane crita-crita thoprak lawas kuwi wis ana bakune walaupun varian-e ya oara sethithik (sing diowahi paling kelir-ane utawa alure). Yen 2 kuwi wis kecekel, mesthi gampang mengkondisikan swasana pementasan alias ’ora mati’, ora gampang dipateni. Kecuali crita carangan lo cah...
 Aja lali, make-up karakter kuwi menentukan banget. Kostum juga penting, mergane sok-sok isih dipakai kanggo icon.
 Nek jaman sakiki, garap iringan juga menentukan greget, nges, lan ngreng-senge adegan lo.
 Vocal nda. Penting kuwi. Artikulasi, intonasi kudu jelas. Menggo tak tuliske sedhikit teori tentang vocal ro ekting.
 gestur utawa bahasa tubuh kuwi kanggone thoprak mbiyen, menentukan banget cengkremane iringan. Pengiring biasane membaca gerak tubuh utawa nggatekne isyarat vocale pemain nggo nyirep utawa siak utawa nyuwuk-ake iringan. Kuwi yen sing nuthuk kenthongan ngantuk kaya aku mbiyen...tur kerep. He..he..he...

Empat faktor yang harus diperhatikan dalam olah focal, ati2..iki rada bahaya cah...;
 napas; dada, diafragma, perut, dan bawah perut (dudu manuk kutut lho...)
 pita suara
 bunyi
 kata
Artikulasi yo penting banget. Alat melatih artikulasi yaiku; rahang, mulut, otot sekitar mulut dan muka, lidah, bibir.
Wahai para aktor, jangan engkau menjadi pembohong, lihat apa yang akan kamu ucapkan !!! pahamkah???!

Sedikit Tentang Akting
Untuk memainkan peran dengan baik, anda harus bersikap pasrah , menerima, pencintai peran tersebut (yang diberikan kepada anda). Apabila anda menolak di dalam hati, atau membenci peran tersebut, maka anda tidak mengenal peran itu. Akibatnya, anda akan bermain buruk, tidak hidup atau tidak semu. Ingat, itu hanya ekting di panggung atau di media elektronik.
Hakikat daripada akting adalah menghidupkan sebuah peran yang asalnya mati dari sebuah naskah. Harus anda hidupkan secara struktur, seutuhnya sebagai manusia atau apapun yang memiliki gerak gerik, bentuk, ekspresi pikiran serta perasaan. Modal utama seorang aktor adalah;
 Pikiran; konsentrasi, imaginasi, ingatan emosi (intelektual), di + pengamatan, motivasi – tujuan/makna, dan penafsiran skenario.
 Perasaan; emosi (jiwa) dan penghayatan.
 Vocal; artikulasi dan intonasi (suara dengan ’emosi’ maksud)
 Tubuh; gerak = pemanasan, eksplorasi, penyesuaian dengan ”...”(suara-gerak)
Modal di atas tidak akan berarti apa-apa apabila anda tidak melatihnya dengan sungguh-sungguh dan ajeg.
Penafsiran Skenario
Setelah mendapatkan naskah dari sutradara, janganlah langsung dihafal. Baca berulang-ulang terlebih dahulu sampai anda mengerti betul isi ceritanya. Setelah itu baca lagi adegan demi adegansampai anda mengerti maksud dari adegan yang akan anda mainkan. Anda wajib bertanya kepada sutradara serta mendiskusikannya. Aktor profesionalpun akan menurut kepada pak sutradara, walaupun sutradara pendatang baru. Itulah salah satu ciri profesional.
Ingat!!! Jangan sekali kali melakukan sesuatu, baik dialog ataupun gerakan yang tidak anda mengerti maksudnya.

Penafsiran Peran
Setelah anda mengetahui, mengerti isi cerita dari skenario, langkah berikutnya adalah penafsiran peran sing kudu utawa arep tok main’ke, peran'ke. Rumuse;
 Nama tokoh
 Umur
 Profesi
 Latar belakang (sos, pend, eko, dsb)
 Gerakan
 Gerak-gerik
 Suara
 Kebiasaan
Apabila ada yang belum dimengerti, lebih baik konsultasikan dengan sutradara. Jangan gengsi atau malu bertanya kepada sutradara, karena memang sudah tugas sutradara mengatur mengarahkan pemain.
Sebagai paragraf penutup, saya ingin mengingatkan kepada kanca-kanca kabeh, bahwa inti daripada akting kuwi ”emosi”, tapi bukan dalam pengertiannya secara dangkal. Emosi dalam arti rasa, yaitu mengolah kepekaan rasa (rasa-pangrasa), rasa-ne dinggo, ora mung nalar-e thok. Semoga tulisan ini berguna. Nuwun

Dening: Ki Hartarta Sang Amurwa Bhumi
(Klaten, 22 Nov 2008 – tlas sinerat: 08. 25 WIB)

motto

o Becik ketitik, ala ketara; sing sapa mbibiti ala, wahyune sirna.
o Aja dumeh; ndhak keweleh
o Ngilmu iku kelakone kanthi laku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar